Jika ingin bertualang di Malang tanpa
harus menghabiskan banyak waktu, mungkin Coban Sumber Pitu cocok untuk
dikunjungi. Wisata air terjun yang terletak di kawasan Pujon Selatan
(Kab. Malang) ini terbilang fresh karena mulai populer sekitar tahun 2014. Selain fresh, tidak banyak pula warga Malang yang mengetahuinya karena petunjuk jalan untuk mencapainya sangat minim.
Perlu diketahui, air terjun di Malang yang bernama Coban Sumber Pitu tidak hanya satu. Ada juga Coban Sumber Pitu yang terletak di Desa Duwet Krajan (Kecamatan Tumpang). Keduanya terpisah jauh, di ujung timur dan ujung barat Kabupaten Malang. Jika salah tujuan, minimal butuh 2 jam perjalanan (aspal) untuk menuju Coban Sumber Pitu yang diharapkan.
Perlu diketahui, air terjun di Malang yang bernama Coban Sumber Pitu tidak hanya satu. Ada juga Coban Sumber Pitu yang terletak di Desa Duwet Krajan (Kecamatan Tumpang). Keduanya terpisah jauh, di ujung timur dan ujung barat Kabupaten Malang. Jika salah tujuan, minimal butuh 2 jam perjalanan (aspal) untuk menuju Coban Sumber Pitu yang diharapkan.
Sebagai gambaran, arah jalan menuju
Coban Gerojokan Pitu (nama lain Sumber Pitu – Pujon) hampir sama dengan
jalur menuju menuju Coban Rondo. Ketika melewati jalan utama Malang –
Kediri, ada sebuah pertigaan jalan di sebelah utara Patung Sapi Pujon.
Persimpangan itulah yang merupakan jalur masuk menuju Dusun Tulungrejo
(Desa Pujon Kidul), tempat dimana Coban Gerojokan Pitu berada.
Suasana pedesaan sangat terasa ketika
sudah memasuki wilayah Pujon Selatan. Jalan aspal dan kemudian
mengerucut menjadi jalan beton seukuran 1 mobil mengantar pengunjung
menuju gerbang Coban Gerojokan Pitu. Di gerbang tersebut sudah ada
beberapa bangunan yang merupakan loket wisata, warung, dan toilet.
Selain bangunan, juga terdapat tanah lapang seukuran lapangan sepak bola
yang difungsikan sebagai tempat parkir kendaraan dan lahan berkemah (camping ground). Di loket wisata itulah pengunjung wajib melapor dan membayar Rp 10.000 per orang.
Jika memungkinkan, pengunjung
diperbolehkan membawa sepeda motor hingga ke tempat parkir atas. Namun
jika kondisi jalurnya licin, pengunjung mau tidak mau harus berjalan
kaki ekstra sejauh 2 kilometer. Dibutuhkan sekitar 30 menit mendaki
hingga tempat parkir atas. Berbeda dengan naik motor yang hanya butuh
waktu sekitar 15 menit.
Dari tempat parkir atas, jalur pendakian
mulai menantang. Jalur setapak yang telah dicangkul menyerupai anak
tangga sangat membantu langkah yang mulai berat. Nafas yang awalnya tak
bersuara pun menjadi semakin terdengar desahannya. Pendakian yang paling
melelahkan berlangsung sekitar 60 – 90 menit di awal. Jalur menjadi
relatif landai ketika pemandangan kebun sayur digantikan dengan
semak-semak di kiri dan kanan jalur. Sesekali akan ditemui kursi dari
batang kayu yang sengaja dibuat sebagai pos peristirahatan. Disinilah
beban tas bisa menjadi berkurang drastis karena suasananya cocok untuk
istirahat sambil makan, minum, dan ngobrol. Hehehe..
Suara air terjun makin bergemuruh ketika
kami semakin dekat. Jalur yang awalnya menanjak berubah menjadi turunan
dan licin ketika hujan. Ada beberapa tali yang dikaitkan ke pohon
sebagai pegangan para pengunjung. Tali ini juga berfungsi sebagai
pembatas antara jalur dan semak-semak yang menutupi jurang. Sangat
menantang mengingat di badan saya menempel tas kamera & tripod yang
lumayan berat.
Wooooosssshhh – begitulah suara air yang
terjun bebas dari Coban Gerojokan Pitu. Sungai kecil yang berasal dari 7
sumber membuat saya tertarik untuk mengabadikannya dalam format slowspeed. Di lokasi ini penggunaan tripod, filter ND, dan ultra wide lens (UWA) sangat disarankan agar aliran air (format slowspeed)
dari atas hingga bawah bisa diabadikan dengan baik. Jika tidak memiliki
UWA dan filter ND, minimal bawalah tripod karena di lokasi ini sangat
minim cahaya. Jangan lupa untuk membawa lap khusus lensa / tisu karena
sesekali lensa akan kecipratan air.
Misi belum selesai karena Coban
Gerojokan Pitu masih terletak sekitar 100 meter di depan. Jalur yang
dilalui semakin menantang karena saya harus mendaki tebing curam. Posisi
anak tangga yang lebih tinggi dari biasanya terkadang menyulitkan
pergerakan. Syukurlah keberadaan tali perusik di titik ini sangat
membantu meski ada beberapa pengunjung yang tergelincir. Jangan khawatir
dengan keamanan dan keselamatan Anda karena sudah ada beberapa petugas
jaga yang mengamati dan membantu pengunjung. sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar