KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI ASIA SELATAN
(INDIA)
Kebijakan Pembangunan Ekonomi India
Menurut
laporan Asian Development Bank (ADB), pada tahun 2012 silam permintaan global
mengalami pelemahan, dan hal ini akan memiliki dampak serta membebani
negara-negara berkembang di Asia pada tahun 2012. Namun hal tersebut bukan
berarti negara-negara berkembang tersebut akan mengalami keanjlokan.
Perekonomian negara-negara berkembang di Asia akan tetap kuat malah semakin
mengalami peningkatan di tahun 2013 yang mana hal ini di dukung oleh konsumsi
rumah tangga. ADB juga memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik di
negara-negara berkembang di Asia akan mencapai 6,9% pada tahun 2012 dan
mengalami peningkatan menjadi 7,3% pada tahun 2013 (dalam http://www.adb.org). Contohnya
adalah pembangunan ekonomi di India mengalami peningkatan yang cukup drastis
bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang di Asia lainnya.
Bagi
aspek apapun di era dewasa ini, teknologi merupakan salah satu instrument yang
penting, begitu pula dalam perekonomian. Pengembangan teknologi bisa jadi
merupakan langkah dari suatu negara untuk memajukan perekonomiannya. Untuk
memberikan pemahaman, India dan Cina contohnya. Kedua negara tersebut merupakan
negara-negara yang sangat memperhatikan aspek teknologi, bahkan bagi India
sendiri, India sedemikian fokusnya terhadap teknologi. Inovasi-inovasi
teknologi yang dilakukan suatu negara tentu membutuhkan kualitas sumber daya
manusia yang tinggi (Purwantoro, 2012). Inti dari faktor kesuksesan
perekonomian negara ada pada sumber daya manusia. Tentu disini faktor kualitas
pendidikan turut menjadi faktor pendorong dalam kemajuan perekonomian suatu
negara, terlebih di negara berkembang yang tidak dapat dipungkiri level
pendidikannya masih tidak terlalu tinggi bahkan dalam beberapa kasus level
pendidikan di negara berkembang adalah rendah. Pemerintah juga menjadi faktor
krusial dalam pembangunan perekonomian suatu negara. Pemerintahlah yang
memiliki andil penentuan arah kebijakan yang akan diambilnya. Pemerintah
haruslah strategis serta jeli dalam mengambil keputusannya. Seperti contohnya,
pemerintah bisa saja mengambil keputusan untuk mengambil kebijakan melakukan
inovasi teknologi dari dalam negeri atau mengadopsi dari inovasi negara lain
yang sebelumnya telah maju (Purwanto, 2012).
Serta
faktor lain yang mampu membuat perekonomian suatu negara menjadi maju adalah
sumber daya alam. Sumber daya alam yang memadai akan dapat membantu
perkembangan perekonomian negara, contohnya saja Arab Saudi dengan tambang
minyaknya. Negara Arab Saudi memiliki kekayaan alam berupa minyak yang kemudian
komoditas tersebut menjadi kebutuhan global. Bila di tarik kembali, Indonesia
merupakan negara yang beruntung yang memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah,
namun Indonesia tidak mengalami kemajuan ekonomi sepesat Arab Saudi atau India.
Faktor utamanya adalah level kualitas sumber daya manusia serta level
pendidikannya. Di Indonesia sendiri, pemerintah memberlakukan kebijakan wajib
belajar 9 tahun disertai dengan kebijakan pemberian subsidi bagi mereka yang
kurang mampu. Namun nyatanya, masih begitu banyak masyarakat-masyarakat
Indonesia yang tidak mengenyam pendidikan, entah itu putus sekolah atau memang
tidak bersekolah dengan alasan ekonomi. Hal ini bila diteruskan, negara
Indonesia bisa saja dengan mudah disalip oleh negara-negara berkembang lain
untuk berkembang. Maka sudah seharusnya pemerintah benar-benar serius terkait
pendidikan dan lapangan kerja yang merata di Indonesia.
India
bila dibandingkan dengan Indonesia, dulu dianggap sebagai negara yang
perekonomiannya lamban, karena itulah tak heran betapa terkejutnya mendengar
agenda perusahaan dagang milik India, Tata Steel, yang akan mengakuisisi
Krakatau Steel milik Indonesia pada tahun 2008. Serta agenda dari Tata Power
yang juga ingin mengakuisisi sebagian besar tambang batu bara milik Bumi
Resources.
India
cukup mengejutkan masyarakat Internasional dengan pengembangan sayap
perdagangannya yang makin lama makin melebar. Kemajuan dan perkembangan
perdagangan serta perekonomian India ini pada dasarnya didasari dengan kemajuan
di aspek teknologi dan Sumber Daya Manusianya (dalam www.bappenas.go.id).
Terbukti pengembangan teknologi India memang melonjak tajam. Awal mulanya, pada
sekitar tahun 1990an, dunia dikejutkan dengan dibuatnya bom nuklir oleh India
serta dibangunnya pusat IT di India di Bangalore yang disebut “Silicon Valley”.
Sedangkan dalam pengembangan sumber daya manusianya, India berhasil mengukuhkan
negaranya sebagai negara sasaran outsourcing oleh negara Amerika Serikat.
Berkembangnya sumber daya manusia di India ini tentunya tak luput dari
strategi-strategi yang dilakukan oleh pemerintahnya. Pemerintah India lebih
memilih untuk menggunakan strategi pembangunan pendidikan yang mana strategi
ini memprioritaskan diri pada pendidikan ketrampilan tinggi bagi beberapa
kelompok siswa, daripada menggunakan strategi pembangunan pendidikan dasar
seperti yang diaplikasikan oleh Indonesia yakni wajib belajar 9 tahun (dalam
www.bappenas.go.id).
Sejak
tahun 1984, pemerintah India menerapkan langkah-langkah reformasi ekonomi.
Reformasi yang dilakukan oleh pemerintah India ternyata berhasil karena
diimbangi oleh pertumbuhan-pertumbuhan lain di sektor perindustrian, jasa,
infrastruktur, serta pertanian; yang walaupun peningkatan sektor pertanian
tidaklah terlalu tinggi seperti pada sektor-sektor yang lainnya. Pada masa
sebelum tahun 1998 tersebut, kebijakan ekonomi yang diambil oleh India ini
didominasi oleh pengembangan industri substitusi impor yang mana kebijakan ini
membutuhkan lebih banyak kebijakan proteksionisme dengan memberlakukan sistem
perijinan. Kebijakan perijinan ini dinilai kurang berhasil untuk menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, karena nyatanya pertumbuhan ekonomi masih
rendah. Melihat hal tersebut, Perdana Menteri Rajiv Gandhi mengubah
kebijakannya menjadi hanya dua puluh lima jenis industry saja yang memiliki
kewajiban untuk mengikuti kebijakan perijinan ini. Serta Gandhi memberlakukan
liberalisasi bagi jenis-jenis industri di luar dua puluh lima jenis industri
yang ditetapkan. Kemudian pada tahun 1991, Perdana Menteri Rarashima Rao
kemudian memutuskan untuk memberlakukan liberalisasi lebih jauh dibandingkan
dengan keputusan Gandhi dengan mempersilahkan bagi investor-investor asing
untuk menanamkan investasinya di India (dalam www.bappenas.go.id). Hal ini
merupakan salah satu kebijakan dari India untuk membuatnya menjadi mengglobal
di mata dunia.
Kemajuan
ekonomi India juga tidak terlepas dari modernisasi yang dilakukan oleh
pemerintah India dalam beberapa bidang misalnya dalam bidang teknologi
informasi dan pembuatan satelit angkasa mikro, mengubah Banglore menjadi kota
modern dimana di kota tersebut dibangun kantor IT yang besar seperto Microsoft
dan IBM. Selain itu modernisasi India di bidang otomotif sangat berkembang
dengan kompetitif di India, tahun 1980-an hanya ada tiga perusahaan otomotif
yaitu Hintustan Motors, Premier Autimobiles, dan Standard Motors, tetapi saat ini
ada sekitar 12 pabrikan kendaraan penumpang, lima pabrikan kendaraan serbaguna,
sembilan pabrikan kendaraan roda dua, lima kendaraan roda tiga, 14 pabrikan
traktor, dan lima pabrikan mesin (Suhanda, 2007). Banyak produsen indutri
kendaraan membidik India sebagai pusat industri mereka, kini ada sekitar 420
perusahaan kunci sektor kompenen otomotif perusahaan tersebut menyumbang
sekitar 85% dari total output komponen.
DAFTAR PUSTAKA
Cintyaarya. 2013. Kebijakan Pembangunan Ekonomi India
(Online). http://cintyarya-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-76896-PrinsipPrinsip%20Ekonomi%20Internasional-Kebijakan%20Pembangunan%20Ekonomi%20India.html
(diakses pada 30 Desember 2015).
Zaman, Sukma. 2014. Pembangunan Ekonomi India (Online). http://sukmazaman.blogspot.co.id/2014/11/pembangunan-ekonomi-india.html
(diakses pada 30 Desember 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar